BLOGGER TEMPLATES AND YouTube Layouts »

Minggu, 19 Juni 2011

Cara Mudah Memasukkan Video ke dalam Blog

Menampilkan sebuah video ke dalam blog merupakan salah satu cara untuk memanjakan pengunjung. Video juga bisa berfungsi untuk menjaga agar pengunjung tetap ‘fresh’, tidak jenuh dengan tampilan teks setiap kali mengunjungi blog kita.

Namun, yang perlu diingat, tampilkan video yang menurut Anda dapat memberikan input-input bermanfaat bagi pengunjung blog Anda. Syukur-syukur video yang ditampilkan masih berhubungan dengan tema atau topik blog Anda.

Sumber video gratisan yang paling popular adalah Youtube.com. Ada banyak pilihan dan video-video terbaru terus masuk, sehingga Anda tidak akan kehabisan stok.

Begini caranya memasukkan video ke dalam blogger:

1. Sign up di youtube.com. Setelah itu sign in dengan menggunakan username dan password yang telah dipilih.
2. Pilih kategori video. Nonton dulu videonya, biar yakin video yang akan kita ambil tidak salah.
3. Klik post video (linknya tepat di bawah display video). Lalu akan muncul form. Klik edit blog dan tambahkan blog Anda.
4. Isi title atau judul video sesuai dengan keinginan kita. Dan tambahkan pula teks yang dapat berisikan komentar Anda tentang video yang dimaksud atau apapun tentang video tadi.
5. Terakhir klik post to blog. Dalam beberapa saat video sudah tampil di blog Anda. Namun, jika setting post blog Anda dengan verification code, maka video akan masuk sebagai draft. Untuk menampilkannya Anda harus mengklik edit post dan publish.


Selamat mencoba semoga berhasil!

BIOGRAFI YONGKI ARIBOWO

BIOGRAFI YONGKI ARIBOWO

Nama Lengkap : Yongki Ariwibowo
Nama Panggilan : Yongki, Bowo
Tempat, Tgl Lahir : Tulungagung, 23 November 1989
Tinggi : 175 cm
Berat : 63 kg
Nama Bapak : H. Goenarto
Nama Ibu :Hj. Nur Fadhilah
Saudara : 5 Sebagai Anak Ke 3
SSB : Sinar Jaya Tulungagung
Klub : Perseta, Persik Kediri
Posisi : Striker (Forward)
No Punggung Di Klub : 7
Timnas : U-23
No Punggung Di Timnas : 20

Akrab di sapa Yongki atau Bowo, pemuda kelahiran 21 tahun yang lalu tepatnya tanggal 23 November 1989 ini mengasah kemampuan menggocek bolanya di SSB Sinar Jaya Tulungagung. Selanjutnya karier sepakbolanya berlanjut ke Perseta Junior Tulungagung. Di Perseta Junior, talenta Yongki bukannya semakin moncer, tapi justru dia malah sering dibangkucadangkan oleh pelatih Perseta Junior. Tak betah di “kandang” sendiri, dia melabuhkan kakinya untuk merumput di klub sepakbola tetangga, PSBI Blitar yang notabene sebagai klub yang kastanya setingkat lebih tinggi dari Perseta. Posisi Yongki sebagai striker yang pandai menempatkan posisi di depan gawang lawan dan memiliki kecepatan lari di atas rata-rata membuat pengurus Persik Kediri tertarik dan merekrutnya sebagi pemain Persik Junior.

Walaupun sudah direkrut sebagai pemain “Macan Putih” Junior yang kastanya setingkat lebih tinggi dari PSBI Blitar, lagi – lagi nasib Bowo kurang begitu mujur. Dia lebih sering menjadi pemain cadangan dan kalah pamor dari striker muda lainnya seperti Aan Andik. Sementara tim senior Persik kala itu penuh dengan bintang-bintang papan atas liga Indonesia seperti El Loco Gonzales, Budi Sudarsono, Ronald Fagundez dll, sehingga nama pemain kelahiran Tulungagung 23 November 1989 sangat amat tidak diperhitungkan.

Biografi-Yongki-Ariwibowo

Gonjang ganjing Persik Senior yang berujung hijarahnya bintang-bintang ke berbagai klub tak membuat dewi fortuna memeluknya. Indrianto Nugroho nampaknya lebih menjadi pilihan pelatih Aji Santoso untuk mendampingi Saktiawan Sinaga, striker lokal yang dulu sering jadi langganan Timnas. Seiring loyonya penampilan si gaek Indriyanto dan adanya sedikit kecermemelangan penampilan Yongki di piala Copa membuat Aji Santoso mencoba-coba menampilkanya di liga bersama team senior. Disinilah kecermelangan dan ketajaman Yongki mulai terasah. Tandemnya dengan Sakti lebih menjanjikan untuk Persik. Tak ayal duetnya dengan striker asal Medan ini lebih menjadi pilihan untuk menghasilkan pundi-pundi goal untuk Persik.

Adu gengsi derby Jawa Timur antara Persik dan Persela Lamongan tentu akan selau di ingat anak ke 3 dari 5 bersaudara ini. Sebuah umpan heading yang terukur dari tandemnya Saktiawan, diselesaikanya dengan tendangan salto yang fantastis. Yes, semua orang mulai berpaling padanya. Penampilan terbaiknya selalu ditunggu-tunggu suporter Macan Putih Kediri. Stadion Brawijaya selalu menunggu sontekan, umpan dan goal-goalnya. Walau sering out of position, kadang fisiknya kedodoran untuk bermain full 2×45 menit, duetnya dengan Sakti sangat di takuti barisan pertahanan lawan. Ketangkasannya membawa bola juga patut diperhitungkan. Dengan tinggi 175cm dan berat 63kg, dia juga mahir menyantap bola-bola atas. Saat itulah bintangnya mulai bersinar terang hingga akhirnya Timnas U23 memanggilnya untuk berlatih di Sawangan Bogor.

Profil-Yongki-Ariwibowo

Satu lagi, Yongki lihai pula memanfaatkan keteledoran lawan untuk lolos dari perangkap offside. Bisa jadi, untuk yang terakhir ini, dia banyak belajar dari bomber AC Milan, Filippo Inzaghi. Memang, kata Yongki,”Saya sangat mengidolakan Inzaghi”. Kostum merah putih bernomor 20 sekarang ia kenakan. Putra pasangan H Goenarto dan Hj. Nur Fadilah terus mematangkan dan menajamkan penampilanya dibawah asuhan pelatih asal Uruguay Albertho Bica untuk membela Indonesia di Sea Games Laos Desember 2009. Di bursa transfer dia sempat dikabarkan akan diboyong pelatih lamanya Aji Santoso yang hengkang ke Persisam Samarinda. Kecermelangan anak muda Tulungagung ini banyak diramalkan kelak akan mengantikan peran Budi Sudarsono di Timnas Senior.

Yongki-Ariwibowo-Timnas-U23

Yongki mengaku bangga menjadi bagian dari Persik musim ini (2009 – 2010). Dia juga bangga bisa bermain bersama pemain-pemain inti Macan Putih, katakanlah seperti Saktiawan, Mahyadi Panggabean, Legimin, Reswandi, dan Morales. Dari seniornya itu, Yongki mendapat pelajaran berharga buat masa depannya. Ya untuk kebanggaan masyarakat Tulungagung, doa dan harapan untuk The Young Gun Timnas U23 semoga lebih cermerlang dari seniornya Singgih Pitono. Dan Semoga dia pun lebih cemerlang dari pada idolanya Filipo Inzhagi.

Jumat, 17 Juni 2011

Leptospirosis Akibat Bakteri Leptospira sp.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan tifus anjing.

Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antar manusia jarang terjadi.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan: Bakteri
Filum: Spirochaetes
Kelas: Spirochaeates
Ordo: Spirochaetales
Famili: Leptospiraceae
Genus: Leptospira

Serovar:
• Leptospira interogans
• Lepstospira australis
• Leptospira autumnalis
• Leptospira ballum
• Leptospira icterohemorrhagica
• Leptospira canicola
• Leptospira grippotyphosa
• Leptospira pomona

 Berbagai Serovar Leptospira
Bakteri penyebab Leptosirosis yaitu bakteri Leptospira sp. Bakteri Leptospira merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil (dapat bergerak), gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan terpilin dengan ketat. Bakteri Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan diameter 0,1-0,2 µm. Sebagai pembanding, ukuran sel darah merah hanya 7 µm. Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur.
Leptospira mempunyai ±175 serovar, bahkan ada yang mengatakan Leptospira memiliki lebih dari 200 serovar. Infeksi dapat disebabkan oleh satu atau lebih serovar sekaligus. Bila infeksi terjadi, maka pada tubuh penderita dalam waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal aglutinasi. Leptospirosis pada anjing disebabkan oleh infeksi satu atau lebih serovar dari Leptospira interrogans. Serovar yang telah diketahui dapat menyerang anjing yaitu L. australis, L. autumnalis, L. ballum, L. batislava, L. canicola, L. grippotyphosa, L. hardjo, L. ichterohemorarhagica, L. pomona, dan L. tarassovi. Pada anjing, telah tersedia vaksin terhadap Leptospira yang mengandung biakan serovar L. canicola dan L. icterohemorrhagica yang telah dimatikan. Serovar yang dapat menyerang sapi yaitu L. pamona dan L. gryptosa. Serovar yang diketahui terdapat pada kucing adalah L. bratislava, L. canicola, L. gryppothyphosa, dan L. pomona. Babi dapat terserang L. pamona dan L. interogans, sedangkan tikus dapat terserang L. ballum dan L. ichterohaemorhagicae.
Bila terkena bahan kimia atau dimakan oleh fagosit, bakteri dapat kolaps menjadi bola berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini, Leptospira tidak memiliki aktifitas patogenik. Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di air, tanah yang lembab, tanaman dan lumpur.

B. Sejarah Penyakit
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil's Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease" disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.
C. Gejala Klinis Leptospirosis

 Stadium pertama:
1.Demam tinggi, menggigil
2.Sakit kepala
3.Malaise (Lesu/Lemah)
4.Muntah
5.Konjungtivitis (radang mata)
6.Rasa nyeri otot betis dan punggung
7.Gejala gejala diatas akan tampak antara 4 – 9 hari

 Stadium kedua:
1. Terbentuk antibodi di dalam tubuh penderita
2. Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
3. Apabila deman dan gejala gejala lain timbul, kemungkinan akan terjadi meningitis.
4. Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
Karena terdapat banyak jenis kuman Leptospira yang berlainan, mungkin saja seorang terkena jenis yang lain dan mendapat Leptospirosis lagi.
Leptospirosis dapat ditularkan kepada orang lain misalnya penularan lewat kelamin atau air susu ibu, meskipun jarang. Kuman Leptospira dapat ditularkan lewat air seni selama berbulan-bulan setelah terkena.
D. Komplikasi leptosapirosis

a) Pada Hati : Kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6.
b) Pada Ginjal : Gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
c) Pada Jantung : Berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
d) Pada Paru-paru : Batuk darah, nyeri dada, sesak napas.
Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan,saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva ).
e) Pada kehamilan : Keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

E. Diagnosa
Bakteri Leptospira secara mikroskopis pada jaringan ginjal menggunakan metode pewarnaan perak.Untuk mendiagnosa Leptospirosis, maka hal yang perlu diperhatikan adalah riwayat penyakit, gejala klinis dan diagnosa penunjang. Sebagai diagnosa penunjang, antara lain dapat dilakukan pemeriksaan urin dan darah. Pemeriksaan urin sangat bermanfaat untuk mendiagnosa Leptospirosis karena bakteri Leptospira terdapat dalam urin sejak awal penyakit dan akan menetap hingga minggu ketiga. Cairan tubuh lainnya yang mengandung Leptospira adalah darah, serebrospinal tetapi rentang peluang untuk isolasi bakteri sangat pendek. Selain itu dapat dilakukan isolasi bakteri Leptospira dari jaringan lunak atau cairan tubuh penderita, misalnya jaringan hati, otot, kulit dan mata. Namun, isolasi Leptospira termasuk sulit dan membutuhkan waktu beberapa bulan. Untuk mengukuhkan diagnosa Leptospirosis biasanya dilakukan pemeriksaan serologis. Antibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke 5-7 sesudah adanya gejala klinis. Kultur atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar gelap umumnya tidak sensitive. Tes serologis untuk mengkonfirmasi infeksi Leptospirosis yaitu Microscopic agglutination test (MAT). Tes ini mengukur kemampuan serum darah pasien untuk mengagglutinasi bakteri Leptospira yang hidup. Namun, MAT tidak dapat digunakan secara spesifik pada kasus yang akut, yakni kasus yang terjadi secara cepat dengan gejala klinis yang parah. Selain itu, diagnosa juga dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada spesimen organ yang terinfeksi menggunakan imunofloresen.


F. Pencegahan Penyakit

1. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
2. Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan
3. Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya.
4. Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
5. Menjaga kebersihan lingkungan
6. Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah
7. Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang.
8. Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung.
9. Menghindari pencemaran oleh tikus.
10. Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh tikus.
11.Meningkatkan penangkapan tikus.


G. Pengobatan

 Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak dipasaran, seperti : Penicillin dan turunannya (Amoxylline).
 Streptomycine, Tetracycline, Erytromycine, Doxycyclin.
 Antibiotik yang dapat diberikan pada hewan, yaitu doksisiklin, enrofloksasin, ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin.



BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Leptospirasis merupakan penyakit yang ditularkan oleh hewan terutama tikus, melalui pencemaran terhadap bahan makanan maupun minuman yang tercemar oleh air seni tikus yang terinfeksi bakteri Leptospira sp. Gejala penyakit ini ditandai dengan panas tinggi, sakit kepala disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Leptospirasis juga dapat menyebabkan komplikasi pada jantung, hati, paru-paru, ginjal serta menyebabkan kematian.


B. SARAN
Bagi masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam penyimpanan makanan dan minuman harus dengan baik agar terhindar dari pencemaran tikus, serta menyediakan dan menutup rapat tempat sampah dan melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat yang tercemar oleh tikus.

MAKALAH KIMIA KLINIK GETAH DUODENUM

PENDAHULUAN

Memperoleh getah duodenum lebih sukar dan lebih banyak menyita waktu dari mengumpulkan getah lambung,karena sonde harus melalui pylorus dan ujung sonde itu harus dekat amoula vateri. Memantau letaknya sonde pada layer fluoroskopi dalam praktek menjadi satu keharusan. Biasanya dipakai sonde berlumen ganda dan satu daripadanya harus tetap dalam lambung guna terus-menerus mengisap cairan lambung;jika asam lambung melewati pylorus dan sampai ke dalam duodenum akan terjadi gangguan karena getah duodenum yang alkalis akan bercampur dengan cairan asam.
Pada endoskopi memakai duodenoskop fiberoptic ada kemunsgkinan untuk masuk ke dalam ductus pancreaticus dan demikian mengumpulkan getah pancreas yang murni. Teknik endoskopi semacam itu membuka kemungkinan untuk mengadakan analisis enzim dan protein-protein lain,tetapi penerapannya sebagai alat diagnostic belum ada.
Untuk pemeriksaan empedu diperlukan tindakan-tindakan lain lagi setelah sonde dimasukkan sampai kedalam duodenum dan setelah getah duodenum dikeluarkan dengan cara seperti diterangkan tadi. Tindakan berikutnya ialah mengadakan perangsangan bagi saluran-saluran dan kantong empedu dengan maksud supaya isinya dikeluarkan ke duodenum.



PEMBAHASAN

A. GETAH DUODENUM
1. Fisiologi Getah Duodenum
Duodenum normal sehari mensekresikan 1200-1500 ml cairan jernih yang berisi banyak enzim dan banyak ion bikarbonat sampai 145 meq/l, pH cairan itu 8-8,52. Enzim-enzim dari pancreas yakni lipase, amylase, tripsin dan khimotripsin menguraikan lemak, karbohidrat dan protein. Rangsangan fisiologis yang mendatangkan sekresi ion bikarbonat dan enzim-enzim berbeda, tetepi kedua macam rangsangan dilakukan dengan hormon sebagai pengantar.
Hormon secretin menyebabkan pancreas mensekresikan cairan encer yang berisi banyak bikarbonat. Pancreozymin, semacam hormon lain merangsang produksi enzim-enzim dan sekresi pancreozymin digugah oleh adanya makanan dalam lumen duodenum. Selain berasal dari pancreas, pancreozyimin juga dibuat oleh selaput lendir usus kecil. Pankreozymin sudah mulai disekresikan, kalau dinding duodenum melar oleh isi duodenum, tetapi sekresi secara mantap digugah oleh polipeptida dan atau butir-butir asam lemak dalam usus kecil.
2. Cara Memperoleh Getah Duodenum
Getah dodenum yang diperoleh dengan sonde berasal dari:
a. Kelenjar-kelenjar Brunner di dinding duodenum
b. Saluran-saluran empedu di hati
c. Sekret pankreas yang berisi enzim-enzim pencernaan

Teknik memperoleh getah duoenum
1. Penderita harus datang dalam keadaan nucter
2. Masukkan sonde karet ke dalam lambungnya.
3. Keluarkanlah isi lambung terlebih dahulu, kemudian masukkanlah air lewat sonde dan dihisap kembali. Lakukanlah tindakan yang sama sampai isi lambung bersih.
4. Penderita dibaringkan disisi kanannya, pinggulnya disandar dengan bantal agar meningi kira-kira 20cm, sedangkan ia diminta membengkokkan lulut kananya.
5. Daya berat dan peristaltik akan mendorong ujung sonde ke dalam duodenum, gerakan ini dibantu dengan mendorong sonde perlahan-lahan (2 cm tiap menit) sampai garis keempat sonde bertepatan dengan gigi seri. Jarak gigi seri sampai duodenum kurang lebih 75 cm.
6. Pada ujung luar sonde ditaruh di tabung atau penampung lain untuk menangkap cairan yang akan keluar dengan sendirinya karena sikap penderita itu. Kalau perlu isi duodenum boleh juga diisap dengan memakai semprit besar. Petunjuk bahwa ujung sonde telah masuk ke dalam lumen duodenum diberikan oleh reaksi cairan yang keluar, ia harus lindi.
7. Tiap 30 menit tabung itu harus di ganti yang baru.
8. Pakailah getah duodenum untuk pemeriksaan makroskopi, mikroskopi dan kimia.

3. Pemeriksaan getah duodenum
Hasil pemeriksaan getah duodenum dapat mmberikan petujuk ke arah adanya radang, ulkus, carcinoma, adanya parasit-parasit dan tantang enzim-enzim pankreas.
a). Makroskopi
Dalam keadaan normal didapat kurang dari 10 ml getah duodenum nucter, rupanya agak kental, jernih, dan warnanya agak kuning atau tidak berwarna.
Jika didapat getah keruh, sebabnya mungkin proses radang atau karena getah duodenum bercampur getah lambung.
Adanya darah mungkin berarti ulkus atau carcinoma.

b). Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopi harus segera dijalankan yaitu dalam waktu kurang dari 30 menit, kalau tidak, enzim-enzim pencernaan yang berasal dari pankreas akan merusak unsur-unsur sediment.
Pusinglah getah duodenum dan sedimentnya diperiksa dengan lensa obyektif kecil dan besar pada sediaan natif. Sebagian lain dipakai untuk membuat sediaan pulasan gram.
Dalam sediaan natif dapat diharapkan adanya beberapa sel epitel dan leukosit, jumlah yang besar menunjukkan kepadanya adanya radang. Perhatikan pula parasit-parasit yang ada: Strongyloides stercoralis, Giardia lamblia, kista dan bentuk vegetatif Entamoeba histolytica, telur Necator americanus dan Clonorchis sinensis.
Dalam sediaan gram diperhatikan pula bakteri yang ada.

c). Kimia
Dalam getah duodenum dapat dicari adanya dan banyaknya enzim-enzim seperti trypsin, lipase, dan amilase yang berasal dari pankreas. Insufiensi pankreas dalam mengeluarkan enzim-enzim dipertalikan dengan keadaan seperti pankreatitis chronica dan fibrisis pankreas.

Pemeriksaan penyaring terhadap amilase
Encerkan getah duodenum 10x memakai larutan NaCl0,9%. Buatlah substrat dengan melarutkan 0,5 g amilum solubile dalam 50 ml air. Campur lah 2 ml getah duodenum yang sudah diencerkan dengan 2 ml dari larutan amilum dan keramlah campuran itu selama 30 menit pada suhu 37⁰C. Periksalah kemudian apakah ada amilum yang belum terurai dengan memberikan 1 tetes iodium kepada campuran yang telah dikeram. Adanya cukup amilase ditandai oleh tidak terjadinya warna biru.

Pemeriksaan penyaring terhadap lipase
Ambilah 2 tabung reaksi ukuran besar A dan B. Masing-masing diisi 1 ml getah duodenum. Tabung A dipanasi sampai mendidih (kontrol negatif). Kepada tabung A dan B masing-masing ditambahkan 1 ml etil butirat, 10 ml air dan 1 ml tuluol. Campur isi tabung masing-masing, keram selama 24 jam pada suhu 37⁰C dengan berkali-kali mengocok tabung-tabung. Kemudian lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N dan fenoftalein sebagai indikator. Kurangilah nilai titrasi kontrol negatif (tabung A) dari nilai titrasi tabung B.
Adanya cukup banyak lipase ditandai oleh selisih yang bermakna, yaitu 0,2-2,0 ml NaOH. Kurang dari 0,2 ml berarti defisiensi lipase, sedangkan lebih dari 2,2 ml tidak berarti dalam klinik.


Test Sekretin
Baik sekretin maupun pankreozymin dapat dibeli dalam sajian farmakologis untuk disuntikkan secara intravena. Sekretin itu lebih murah dan sama bagusnya seperti pankreozymin, pankreozymin lebih sering dipakai di Eropa. Sebelum disuntikkan secara intravena perlu diperiksa dengan test intrakutan apakah ada alergi terhadap sekretin yang berwujud protein asing. Dosis sekretin yang biasanya dipakai adalah 1 unit klinis per kg berat badan, dosis pankreozymin berbeda-beda menurut pandangan pribadi.
Test sekretin dijalankan setelah dilakukan pengumpulan isi duodenum selama 20 menit pada keadaan puasa. Cairan duodenum puasa dianggap abnormal bila didalamnya ada empedu, darah, sisa makanan atau kristal kolesterol. Sampel-sampel pasca injeksi dikumpulkan dengan ber-alikuot 20 menit, tiap alikuot diukur tersendiri volumenya dan konsentrasi bikarbonat. Mula-mula Dreiling dan Janowitz melakukan pengumpulan isi duodenum selama 80 menit, tetapi banyak peneliti sekarang menganggap 60 menit sudah cukup, karena volume dan juga output bikarbonat ada hubungan dengan berat badan pasien, hasil pemeriksaan disebut per kg berat badan.

B. GETAH EMPEDU
1. Teknik memperoleh empedu
Cara:
a. Masukkanlah sonde sampai ujungnya ada dalam duodenum seperti diterangkan di atas. Isi duodenum yang nuchter ditampung seperti tadi.
b. Masukkanlah kemudian lewat sonde 3 kali berturut-turut 25 ml larutan magnesium sulfat 25% dengan waktu antara 10 menit, maksudnya ialah untuk melemaskan sphincter Oddi dan untuk merangsang empedu ke luar.
c. Oleh sikap penderita empedu itu akan keluar dengan spontan dan akan berubah berangsur-angsur sifatnya. Tampunglah tersendiri macam-macam empedu sebagai berikut:
• Empedu A : yang keluar lebih dulu, ia berwarna kuning emas. Jumlah berbeda-beda dari 5-30 ml. Empedu ini berasal dari ductus choledochtus.
• Empedu B : kuning kehijau-hijauan dan kental, asalnya dari kantong empedu; banyaknya 30-60 ml.
• Empedu C : berasal dari saluran empedu dalam hati, berwarna kuning muda; banyaknya berbeda-beda dari 30-200 ml.
d. Simpanlah porsi-porsi itu tersendiri untuk pemeriksaan.

2. Pemeriksaan empedu
Pemeriksaan empedu dilakukan secara makroskopis, mikroskopis dan bakteriologi.
a). Makroskopis
Perhatiakan warna cairan yang diperoleh secara bertahap tadi dan bandingkanlah warna itu dengan warna normal empedu A, empedu B dan empedu C. Opservasi ini perlu untuk mengadakan identifikasi tepat bahan mana empedu A, empedu B dan empedu C. Lagi pula opservasi itu dapat menentukan apakah salah satu macam empdu tidak ada. Jika tidak didapat empedu B, artinya mungkin kantong empedu tidak dapat menimbun atau memekar empedu.
Catatan:
Dalam praktek tidak mudah untuk mendapatkan empedu A, empedu B dan empedu C secara berpisah-pisah. Kenyataan ini mengurangi makna kesimpulan yang dapat diambil dari upaya mengadakan fraksionasi empedu untuk pemeriksaan.

b). Mikroskopis
Sediment yang diperoleh dengan pemusingan dari tiap macam empedu diperiksa dengan sediaan natif dan dengan sediaan pulasan gram.
Dalam keadaan normal hanya beberapa sel epitel akan dilihat kalau jumlah itu sangat bertambah, itulah saran kearah radang. Adanya kristal cholesterol menunjukkan kepada batu empedu begitu pula kalau didapat kristal-kristal bilirubin.



c). Bakteriologi
Empedu yang didapat baik untuk membiak Salmonella, terutama kalau penderita disangka seorang karier.



PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan getah duodenum dapat diperoleh keterangan mengenai faal msekresi pankreas, mengenai keadaan saluran empedu dan beberapa macam keadaan di aderah itu. Getah duodenum didapat dengan sonde yang ditelan, tindakan itu dilakukan dengan harapan bahwa latak ujung sonde itu akan tepat berhadapan dengan papila vateri, tempat sekresi pankreas dan empedu masuk ke duodenum.

B. Saran
Cara yang terbaik adalah melakukannya dengan kontrol pada layar rontgen, tanpa kontrol itu tidak ada jaminan bahwa bahan yang dipeoleh bersifat representatif.
Sonde yang terbaik jenisnya untuk maksud mendapat getah duodenum ialah yang mempunyai sepotong logam pada ujungnya, sehingga lebih mudah melewati pilorus dan memungkinkan kontrol dengan fluroskopi














DAFTAR PUSTAKA


Ganda Soebrata, R. 1999. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Halaman 144-146.

Widmann, K. Frances. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC. Halaman 599-601.

Senin, 13 Juni 2011

MEDIA BIAKAN NEISSERIA GONORRHOE

MEDIA BIAKAN NEISSERIA GONORRHOE







Disusun oleh:
Afrida Damayanti (A102.06.001)
Agathanica AR (A102.06.002)
Ajeng Murtiana Sari (A102.06.003)
Anggraheni Heksaningtyas (A102.06.004)
Ana Rahayu (A102.06.005)



AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2011



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini dibuat pemakalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteri tentang Media Biakan Bakteri. Dalam tugas ini diharapkan pemakalah mampu menguasai media yang digunakan untuk membiakkan bakteri Neisseria gonorrhoe.
Neisserriae Gonorrhoeae termasuk dalam spesies Neisseria. Neisseria merupakan cocci gram negatif yang biasanya berpasangan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Gonococci menampakan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci memiliki gen yang jamak, namun hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam daerah penampakan. Gonococci menghilangkan seluruh atau sebagian dari gen pilin yang lain. Mekanisme ini membuat gonococci dapat muncul dalam berbagai bentuk molekul pilin sepanjang waktu. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan uretra) dan dari kultur uterine cervical pada siklus pertengahan.
Bahan yang digunakan pada pemeriksaan laboratorik untuk Gonococcus adalah berupa pus atau secret yang diambil dari urethra, mata, serviks, prostat, mukosa, rectum, mukosa tenggorokan dan kadang-kadang cairan dan darah bila ada gejala sistemik.
Pemeriksaan yang dilakukan :
1. Pemeriksaan langsung dengan pengecatan gram
Dengan pengecatan ini Gonococcus akan tampak :
- Bentuk seperti biji kopi
- Tesusun berpasangan
- Berwarna merah.
2. Kultur

BAB II
ISI / TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN MEDIA
Media adalah pembenihan substrat atau dasar makanan untuk menumbuhkan dan membiakkan suatu mikroorganisme. Media yang baik bagi pemeliharaan mikroorganisme ialah yang mengandung unsure-unsur makanan yang diperlukan, dapat berupa garam-garam anorganik seperti protein, peptone, asam-asam amino dan vitamin-vitamin. Bahan-bahan makanan yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme disebut kultur media. Sedangkan mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak pada suatu kultur media disebut kultur.

Penggolongan media :
Secara garis besar dibedakan menjadi 2 yaitu :
 Media hidup
 Media buatan, yaitu media yang dibuat dari kumpulan zat-zat tertentu.
Media buatan di bagi menjadi 3,
1. Berdasarkan susunan kimia
• Media anorganik
• Media organic
• Media sintetik
• Media non sintetic
2. Berdasarkan konsistensi
• Media cair / liquid
• Media padat / solid
• Media setengah padat / semi solid
3. Berdasarkan fungsinya
• Media diperkaya
• Media selektif
• Media penyubur
• Media exclusive
• Media identifikasi

Media terdiri dari 3 macam bentuknya, yaitu : medium cairan, padatan, dan semisolid. Perbedaan ini disebabkan oleh ada tidaknya bahan pemadatan. Bahan pemadatan dapat berupa amilum, gelatin, selulosa, dan agar-agar. Agar-agar adalah media yang paling umum digunakan. Medium cairan tidak menggunakan bahan pemadat sedangkan medium padatan dan semisolid menggunakan bahan pemadat.

Fungsi Media
Media dapat berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat berfungsi untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan, sifat-sifat biokimiawi mikroorganisme. Selain itu dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran dapat berfungsi untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Syarat-syarat media biakan kuman
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat media adalah :
1. Media harus mengandung semua unsur makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
2. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme.
3. Media harus dalam keadaan steril sebelum ditanami mikroorganisme yang dimaksud, jadi tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang lain yang tidak diharapkan
4. Tidak mengandung zat penghambat.
5. Temperature / suhu sesuai.
Komposisi Media
Di Laboratorium mikrobiologi, untuk pekerjaan rutin biasanya dibuatkan media standar yang terdiri dari : kaldu, pepton, karbohidrat. Jika diperlukan media padat, dapat ditambahkan agar. Media standar ini disediakan untuk mempermudah macam-macam media yang dikehendaki sesuai dengan tujuannya. Misalnya membuat media agar miring, untuk membiakkan mikroorganisme, media agar darah untuk membiakkan kuman yang memerlukan darah, media agar dan lempeng, untuk melihat hemolisis dan lain-lain.
Pada hakekatnya komposisi media yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme seperti pada habitat aslinya (kondisi alamiah). Oleh karena itu, jika ingin membiakkan mikroorganisme yang dapat hidup di usus manusia misalnya, maka harus menggunakan media tertentu yang dapat hidup diusus manusia misalnya, maka harus menggunakan media tertentu yang dilakukan dengan bermacam-macam media diperkaya, media selektif , dan media differensial. Sedangkan pengereman (inkubasi) media harus dilakukan pada suhu 370 C, yaitu suhu yang sesuai dengan tubuh manusia.
Dewasa ini untuk keperluan penelitian maupun pekerjaan di laboratorium banyak dipermudah dengan adanya bermacam-macam media yang tersedia dalam bentuk serbuk kering. Serbuk kering ini sudah siap dipakai artinya tidak perlu lagi menentukan pH nya, sebab hal ini sudah dilakukan terlebih dahulu pada pembuatan serbuk. Sehingga untuk menyiapkan media cukup mengikuti aturan pakai yang dituliskan pada tabel. Misalnya sekian gram serbuk kering dilarutkan dalam sekian liter mililiter air suling, kemudian disterilkan.

MEDIA UNTUK NEISSERIA GONORRHOE

1. MEDIA SELEKTIF
Media selektif (selective medium) adalah media yang ditambah zat kimia tertentu
yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Media selektif yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah THAYER MARTIN, bias juga dengan media Mueller-Hinton.
Komposisi Thayer martin :
• Vankomisin , media yang mampu menghambat pertumbuhan kuman bentuk coccus gram (+), meskipun beberapa organisme Gram-positif seperti Lactobacillus dan Pediococcus secara intrinsik tahan;
• Colistin , yang ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan kuman bentuk batan gram (-) , kecuali organisme Neisseria, meskipun beberapa organisme Gram-negatif lainnya seperti Legionella juga tahan;
• Nistatin , yang dapat membunuh sebagian jamur .
• Kotri , yang menghambat organisme Gram-negatif, terutama mengerumuni proteus
koloni gonococci pada media diperkaya (misalnya Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin) berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik.

2. MEDIA TRANSPORT
Media transport adalah perbenihan yang digunakan untuk mengirim specimen dari satu tempat ke laboratorium.
Media transport yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah Carry and Blair
3. MEDIA PENYUBUR
Adalah perbenihan yang digunakan untuk memperbanyak bakteri baik yang ada didalam spesimen.
Media penyubur yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah KPD

4. MEDIA IDENTIFIKASI
Adalah perbenihan yang hanya dapat ditumbuhi segolongan bakteri saja, sedangkan bakteri lain nya tidak tumbuh dan dapat dibedakan koloni spesies satu dengan yang lainnya.
Media identifikasi yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah BAP atau media Agar coklat.
Dapat jg menggunakan media gula-gula CTA (Cystine-tryptic digest agar), hasilnya seperti pada tabel berikut :
Spesies Kuman Pembentukan Asam dari Pertumbuhan pada natrium agar, pada 35ᵒC
Glukosa Maltose Sukrosa
N.meningitis (meningococcus) + + - -
N.gonorrhoeae (Gonococcus) + - - -
N.catarrhalis (Branhamella) - - - +
N.sisca + + + +

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam makalah ini disimpulkan bahwa media yang digunakan untuk membiakkan Neisseria gonorrhoe adalah :
• Media selektif yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah THAYER MARTIN, bisa juga dengan media Mueller-Hinton.
• Media transport yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah Carry and Blair
• Media penyubur yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah KPD
• Media identifikasi yang digunakan untuk kuman Neisseria gonorrhoe adalah BAP atau media Agar coklat, bias juga dengan media gula-gula CTA.

SARAN
Apabila akan membuat media kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Media harus mengandung semua nutrisi yang diperlukan bakteri
 Media harus steril
 Tidak mengandung zat penghambat / inhibitor.
 Ph harus sesuai
 Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan yang sesuai
Dengan memperhatikan hal tersebut diharapkan pertumbuhan kuman Neisseria gonorrhoe dapat maksimal.





LAMPIRAN GAMBAR


koloni kuman pada media BAP
media cary and blair

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Pedoman Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik.Laboratorium MIkrobiologi Fakultas kedokteran Unversitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/16/neisseria-gonorrhoeae-2/
http://mikrobiologiku.blogspot.com/2010/11/membuat-media-pertumbuhan-mikroba.html
http://www.google.co.id/images?hl=id&biw=922&bih=369&gbv=2&tbs=isch%3A1&sa=3&q=koloni+neisseria+gonorrhoe+pada+media+blood+agar+plate&btnG=Telusuri+gambar

Kamis, 02 Juni 2011

windows 7 starter edition



kekurangan dan kelebihan Windows 7 Starter Edition


Kalau kamu berencana membeli sebuah Netbook, maka seperti kita ketahui Netbook yang keluar saat ini kebanyakan memakai (built in) Sistem Operasi Windows 7 Starter Edition. Lalu apa kekurangan dan kelebihan dari Windows 7 Starter Edition ini dibandingkan dengan Windows 7 lainnya, seperti Windows 7 Home Premium,Windows 7 Profesional atau Windows 7 Ultimate Edition.

Berikut adalah kekurangan Windows 7 Starter Edition
  1. Tidak Ada DVD Playback. Ini artinya di Windows 7 Starter Edition kamu tidak akan bisa menonton DVD, meskipun kamu memiliki DVD Player Eksternal, tetap aja Windows 7 Starter Edition tidak akan mampu memutar DVD ini.
  2. Tidak ada Support untuk 64-Bit. Windows 7 Starter Edition hanya berjalan di mode 32-bit saja, itu artinya Windows 7 Starter Edition tidak akan bisa menjalankan program-program yang didesain untuk Windows 7 64-bit.
  3. Tidak Ada tampilan “Aero”. Yups Windows 7 tampil cantik dan indah karena adanya tampilan effek Aero, namun sayang sekali  di Windows 7 Starter Edition kamu tidak akan menemukan efek tersebut
  4. Tidak Support Tablet PC. Kamu baru membeli sebuah Tablet PC dengan layar sentuh, maka Windows 7 Starter Edition tidak akan mendukung Tablet PC tersebut.
  5. Tampilan Desktop yang membosankan. Benar sekali, di Windows 7 Starter Edition kita tidak bisa merubah Background Desktop dengan foto atau gambar yang kita ingin. Background telah dikunci, dan hanya menampilkan logo Window saja. Meski dengan program khusus mungkin kita bisa men-tweak-nya. Untuk Mengganti Tema/Theme di Windows 7 Starter Edition kamu bisa Membaca artikel tentang cara menganti tema Windows 7 Starter di Netbook
Sedangkan kelebihan Windows 7 Starter Edition adalah resourse atau speks yang diperlukan tidak terlalu tinggi, dengan prosesor Intel Atom N450 plus memori DDR2 berkapasitas 1 GB saja kita sudah bisa menjalankan Windows 7 Starter Edition di Netbook kita.