BLOGGER TEMPLATES AND YouTube Layouts »

Jumat, 17 Juni 2011

MAKALAH KIMIA KLINIK GETAH DUODENUM

PENDAHULUAN

Memperoleh getah duodenum lebih sukar dan lebih banyak menyita waktu dari mengumpulkan getah lambung,karena sonde harus melalui pylorus dan ujung sonde itu harus dekat amoula vateri. Memantau letaknya sonde pada layer fluoroskopi dalam praktek menjadi satu keharusan. Biasanya dipakai sonde berlumen ganda dan satu daripadanya harus tetap dalam lambung guna terus-menerus mengisap cairan lambung;jika asam lambung melewati pylorus dan sampai ke dalam duodenum akan terjadi gangguan karena getah duodenum yang alkalis akan bercampur dengan cairan asam.
Pada endoskopi memakai duodenoskop fiberoptic ada kemunsgkinan untuk masuk ke dalam ductus pancreaticus dan demikian mengumpulkan getah pancreas yang murni. Teknik endoskopi semacam itu membuka kemungkinan untuk mengadakan analisis enzim dan protein-protein lain,tetapi penerapannya sebagai alat diagnostic belum ada.
Untuk pemeriksaan empedu diperlukan tindakan-tindakan lain lagi setelah sonde dimasukkan sampai kedalam duodenum dan setelah getah duodenum dikeluarkan dengan cara seperti diterangkan tadi. Tindakan berikutnya ialah mengadakan perangsangan bagi saluran-saluran dan kantong empedu dengan maksud supaya isinya dikeluarkan ke duodenum.



PEMBAHASAN

A. GETAH DUODENUM
1. Fisiologi Getah Duodenum
Duodenum normal sehari mensekresikan 1200-1500 ml cairan jernih yang berisi banyak enzim dan banyak ion bikarbonat sampai 145 meq/l, pH cairan itu 8-8,52. Enzim-enzim dari pancreas yakni lipase, amylase, tripsin dan khimotripsin menguraikan lemak, karbohidrat dan protein. Rangsangan fisiologis yang mendatangkan sekresi ion bikarbonat dan enzim-enzim berbeda, tetepi kedua macam rangsangan dilakukan dengan hormon sebagai pengantar.
Hormon secretin menyebabkan pancreas mensekresikan cairan encer yang berisi banyak bikarbonat. Pancreozymin, semacam hormon lain merangsang produksi enzim-enzim dan sekresi pancreozymin digugah oleh adanya makanan dalam lumen duodenum. Selain berasal dari pancreas, pancreozyimin juga dibuat oleh selaput lendir usus kecil. Pankreozymin sudah mulai disekresikan, kalau dinding duodenum melar oleh isi duodenum, tetapi sekresi secara mantap digugah oleh polipeptida dan atau butir-butir asam lemak dalam usus kecil.
2. Cara Memperoleh Getah Duodenum
Getah dodenum yang diperoleh dengan sonde berasal dari:
a. Kelenjar-kelenjar Brunner di dinding duodenum
b. Saluran-saluran empedu di hati
c. Sekret pankreas yang berisi enzim-enzim pencernaan

Teknik memperoleh getah duoenum
1. Penderita harus datang dalam keadaan nucter
2. Masukkan sonde karet ke dalam lambungnya.
3. Keluarkanlah isi lambung terlebih dahulu, kemudian masukkanlah air lewat sonde dan dihisap kembali. Lakukanlah tindakan yang sama sampai isi lambung bersih.
4. Penderita dibaringkan disisi kanannya, pinggulnya disandar dengan bantal agar meningi kira-kira 20cm, sedangkan ia diminta membengkokkan lulut kananya.
5. Daya berat dan peristaltik akan mendorong ujung sonde ke dalam duodenum, gerakan ini dibantu dengan mendorong sonde perlahan-lahan (2 cm tiap menit) sampai garis keempat sonde bertepatan dengan gigi seri. Jarak gigi seri sampai duodenum kurang lebih 75 cm.
6. Pada ujung luar sonde ditaruh di tabung atau penampung lain untuk menangkap cairan yang akan keluar dengan sendirinya karena sikap penderita itu. Kalau perlu isi duodenum boleh juga diisap dengan memakai semprit besar. Petunjuk bahwa ujung sonde telah masuk ke dalam lumen duodenum diberikan oleh reaksi cairan yang keluar, ia harus lindi.
7. Tiap 30 menit tabung itu harus di ganti yang baru.
8. Pakailah getah duodenum untuk pemeriksaan makroskopi, mikroskopi dan kimia.

3. Pemeriksaan getah duodenum
Hasil pemeriksaan getah duodenum dapat mmberikan petujuk ke arah adanya radang, ulkus, carcinoma, adanya parasit-parasit dan tantang enzim-enzim pankreas.
a). Makroskopi
Dalam keadaan normal didapat kurang dari 10 ml getah duodenum nucter, rupanya agak kental, jernih, dan warnanya agak kuning atau tidak berwarna.
Jika didapat getah keruh, sebabnya mungkin proses radang atau karena getah duodenum bercampur getah lambung.
Adanya darah mungkin berarti ulkus atau carcinoma.

b). Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopi harus segera dijalankan yaitu dalam waktu kurang dari 30 menit, kalau tidak, enzim-enzim pencernaan yang berasal dari pankreas akan merusak unsur-unsur sediment.
Pusinglah getah duodenum dan sedimentnya diperiksa dengan lensa obyektif kecil dan besar pada sediaan natif. Sebagian lain dipakai untuk membuat sediaan pulasan gram.
Dalam sediaan natif dapat diharapkan adanya beberapa sel epitel dan leukosit, jumlah yang besar menunjukkan kepadanya adanya radang. Perhatikan pula parasit-parasit yang ada: Strongyloides stercoralis, Giardia lamblia, kista dan bentuk vegetatif Entamoeba histolytica, telur Necator americanus dan Clonorchis sinensis.
Dalam sediaan gram diperhatikan pula bakteri yang ada.

c). Kimia
Dalam getah duodenum dapat dicari adanya dan banyaknya enzim-enzim seperti trypsin, lipase, dan amilase yang berasal dari pankreas. Insufiensi pankreas dalam mengeluarkan enzim-enzim dipertalikan dengan keadaan seperti pankreatitis chronica dan fibrisis pankreas.

Pemeriksaan penyaring terhadap amilase
Encerkan getah duodenum 10x memakai larutan NaCl0,9%. Buatlah substrat dengan melarutkan 0,5 g amilum solubile dalam 50 ml air. Campur lah 2 ml getah duodenum yang sudah diencerkan dengan 2 ml dari larutan amilum dan keramlah campuran itu selama 30 menit pada suhu 37⁰C. Periksalah kemudian apakah ada amilum yang belum terurai dengan memberikan 1 tetes iodium kepada campuran yang telah dikeram. Adanya cukup amilase ditandai oleh tidak terjadinya warna biru.

Pemeriksaan penyaring terhadap lipase
Ambilah 2 tabung reaksi ukuran besar A dan B. Masing-masing diisi 1 ml getah duodenum. Tabung A dipanasi sampai mendidih (kontrol negatif). Kepada tabung A dan B masing-masing ditambahkan 1 ml etil butirat, 10 ml air dan 1 ml tuluol. Campur isi tabung masing-masing, keram selama 24 jam pada suhu 37⁰C dengan berkali-kali mengocok tabung-tabung. Kemudian lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N dan fenoftalein sebagai indikator. Kurangilah nilai titrasi kontrol negatif (tabung A) dari nilai titrasi tabung B.
Adanya cukup banyak lipase ditandai oleh selisih yang bermakna, yaitu 0,2-2,0 ml NaOH. Kurang dari 0,2 ml berarti defisiensi lipase, sedangkan lebih dari 2,2 ml tidak berarti dalam klinik.


Test Sekretin
Baik sekretin maupun pankreozymin dapat dibeli dalam sajian farmakologis untuk disuntikkan secara intravena. Sekretin itu lebih murah dan sama bagusnya seperti pankreozymin, pankreozymin lebih sering dipakai di Eropa. Sebelum disuntikkan secara intravena perlu diperiksa dengan test intrakutan apakah ada alergi terhadap sekretin yang berwujud protein asing. Dosis sekretin yang biasanya dipakai adalah 1 unit klinis per kg berat badan, dosis pankreozymin berbeda-beda menurut pandangan pribadi.
Test sekretin dijalankan setelah dilakukan pengumpulan isi duodenum selama 20 menit pada keadaan puasa. Cairan duodenum puasa dianggap abnormal bila didalamnya ada empedu, darah, sisa makanan atau kristal kolesterol. Sampel-sampel pasca injeksi dikumpulkan dengan ber-alikuot 20 menit, tiap alikuot diukur tersendiri volumenya dan konsentrasi bikarbonat. Mula-mula Dreiling dan Janowitz melakukan pengumpulan isi duodenum selama 80 menit, tetapi banyak peneliti sekarang menganggap 60 menit sudah cukup, karena volume dan juga output bikarbonat ada hubungan dengan berat badan pasien, hasil pemeriksaan disebut per kg berat badan.

B. GETAH EMPEDU
1. Teknik memperoleh empedu
Cara:
a. Masukkanlah sonde sampai ujungnya ada dalam duodenum seperti diterangkan di atas. Isi duodenum yang nuchter ditampung seperti tadi.
b. Masukkanlah kemudian lewat sonde 3 kali berturut-turut 25 ml larutan magnesium sulfat 25% dengan waktu antara 10 menit, maksudnya ialah untuk melemaskan sphincter Oddi dan untuk merangsang empedu ke luar.
c. Oleh sikap penderita empedu itu akan keluar dengan spontan dan akan berubah berangsur-angsur sifatnya. Tampunglah tersendiri macam-macam empedu sebagai berikut:
• Empedu A : yang keluar lebih dulu, ia berwarna kuning emas. Jumlah berbeda-beda dari 5-30 ml. Empedu ini berasal dari ductus choledochtus.
• Empedu B : kuning kehijau-hijauan dan kental, asalnya dari kantong empedu; banyaknya 30-60 ml.
• Empedu C : berasal dari saluran empedu dalam hati, berwarna kuning muda; banyaknya berbeda-beda dari 30-200 ml.
d. Simpanlah porsi-porsi itu tersendiri untuk pemeriksaan.

2. Pemeriksaan empedu
Pemeriksaan empedu dilakukan secara makroskopis, mikroskopis dan bakteriologi.
a). Makroskopis
Perhatiakan warna cairan yang diperoleh secara bertahap tadi dan bandingkanlah warna itu dengan warna normal empedu A, empedu B dan empedu C. Opservasi ini perlu untuk mengadakan identifikasi tepat bahan mana empedu A, empedu B dan empedu C. Lagi pula opservasi itu dapat menentukan apakah salah satu macam empdu tidak ada. Jika tidak didapat empedu B, artinya mungkin kantong empedu tidak dapat menimbun atau memekar empedu.
Catatan:
Dalam praktek tidak mudah untuk mendapatkan empedu A, empedu B dan empedu C secara berpisah-pisah. Kenyataan ini mengurangi makna kesimpulan yang dapat diambil dari upaya mengadakan fraksionasi empedu untuk pemeriksaan.

b). Mikroskopis
Sediment yang diperoleh dengan pemusingan dari tiap macam empedu diperiksa dengan sediaan natif dan dengan sediaan pulasan gram.
Dalam keadaan normal hanya beberapa sel epitel akan dilihat kalau jumlah itu sangat bertambah, itulah saran kearah radang. Adanya kristal cholesterol menunjukkan kepada batu empedu begitu pula kalau didapat kristal-kristal bilirubin.



c). Bakteriologi
Empedu yang didapat baik untuk membiak Salmonella, terutama kalau penderita disangka seorang karier.



PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan getah duodenum dapat diperoleh keterangan mengenai faal msekresi pankreas, mengenai keadaan saluran empedu dan beberapa macam keadaan di aderah itu. Getah duodenum didapat dengan sonde yang ditelan, tindakan itu dilakukan dengan harapan bahwa latak ujung sonde itu akan tepat berhadapan dengan papila vateri, tempat sekresi pankreas dan empedu masuk ke duodenum.

B. Saran
Cara yang terbaik adalah melakukannya dengan kontrol pada layar rontgen, tanpa kontrol itu tidak ada jaminan bahwa bahan yang dipeoleh bersifat representatif.
Sonde yang terbaik jenisnya untuk maksud mendapat getah duodenum ialah yang mempunyai sepotong logam pada ujungnya, sehingga lebih mudah melewati pilorus dan memungkinkan kontrol dengan fluroskopi














DAFTAR PUSTAKA


Ganda Soebrata, R. 1999. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Halaman 144-146.

Widmann, K. Frances. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC. Halaman 599-601.

0 komentar: